Sabtu, 16 Mei 2015
Tanpamu
Namun, terasa berbeda dibandingkan satu tahun yang lalu.
Dulu, kau dan aku berada di satu gerbong yang sama.
Rute perjalanan yang searah.
Pagi dan sore hari.
Selalu ada cerita saat bersamamu di atas gerbong yang melaju.
Bahagia, sedih, marah, ataupun kesal.
Semua cerita itu mengalir dengan diiringi wajah segar di pagi hari, dan juga wajah yang tampak lelah di sore hari kau dan aku bertemu.
Selalu seperti itu.
Setahun telah berlalu.
Sejak aku menghindari gerbong dan rute perjalanan itu.
Sejak kau pergi.
Satu tahun yang membuatku menyerah untuk melarikan diri.
Lari dari semua cerita dan kenangan kita yang pernah menghiasi setiap gerbong di rute perjalanan itu.
Kini, aku berada di atas gerbong yang melaju.
Masih rute perjalanan yang sama.
Memulai kembali rutinitas yang sama.
Bersama dengan perasaan yang telah tertata.
Serta, untuk pertama kalinya aku berada di sini sendiri.
Tanpamu.
Kau yang telah berada di dimensi yang berbeda.
Selasa, 09 April 2013
Coretan Kecil Tentang Dirimu
Rabu, 12 September 2012
So Long
Jumat, 03 Februari 2012
Dia dan Hujan
It’s just a fiction story..
Waktu kecil-sebelum mengerti segala hal-aku nggak suka dengan turunnya hujan. Karena, jika hujan turun, aku tidak bisa bermain di luar bersama teman-temanku yang lain. Tubuhku lemah, tidak boleh terkena hujan. Jika aku nekat, pasti langsung terkena penyakit. Hal itu pernah beberapa kali terjadi. Keluar masuk rumah sakit membuatku berfikir seolah rumah sakit adalah rumahku yang lain. Setiap pergi ke sekolah pun aku selalu membawa payung dan jaket. Namun, ada saat dimana aku tidak membawa payung, saat dimana baru kumengerti tentang segala hal.
Saat itu, umurku sekitar 6 tahun, baru memasuki sekolah dasar kelas satu. Ketika ingin pulang, tiba-tiba hujan turun sangat deras. Aku lupa tidak membawa payung, orangtuaku pun tidak menjemput. Aku hanya bisa menunggu, sampai sang hujan berhenti melimpahkan linangannya ke bumi. Kemudian, dia datang. Menghampiriku, menyodorkan payungnya sambil tersenyum kepadaku. Senyumannya yang sangat khas dan tulus. Aku sempat menolak bantuannya, tetapi dia tahu aku tidak akan pulang jika hujan belum reda. Dia pun melambaikan tangannya sebelum berlari kecil ke rumahnya menembus derasnya hujan. Akhirnya aku pulang menggunakan payung kecilnya.
Sejak kejadian itu, selama satu minggu dia tidak masuk sekolah. Kudengar dari para guru, ia masuk rumah sakit. Dia sakit karena menolongku. Siapapun pasti tahu dan mengerti, jika terkena hujan deras seperti itu pasti akan terserang sakit, apalagi anak kecil seperti kami yang daya tahan tubuhnya masih rentan. Kira-kira seperti itu makna yang Ibuku katakan, ketika aku menceritakan kejadian waktu itu dengan penuh penyesalan. Namun, ada hal yang yang lebih membuatku menyesal. Orangtuaku memutuskan untuk pindah rumah ke luar
Ternyata sang waktu sanggup menghapuskan ingatan akan kejadian tersebut. Hanya ingatan itu saja. Kini, setelah dua belas tahun berlalu, aku memutuskan untuk melanjutkan sekolahku ke luar kota-bukan
Untuk yang selalu kurindukan dan kunanti.
Selasa, 31 Mei 2011
Pertengkaran Anak Kecil
^_^
Nofa : "Eh, Kak Maria, kita main guru-guruan aja yuk! Nih aku ada papan tulisnya! Kakak jadi gurunya ya?" (Sambil mengangkat papan tulis)
Maria : "Nggak mau ah, nanti mau nulisnya pakai apa? kan nggak ada spidolnya!"
Nofa : "Yaahh... terus mau main apa lagi dong??"
Mimi : "Eh Nofa! katanya kamu punya anak kucing yang baru lahir yaa?? Aku boleh lihat nggak??"
Nofa : "Iyaa.. tuh ada di kotak di sana!" (Sambil menunjuk sebuah kotak)
Mimi : "Aku mau pegang aahh..." (Mendekat ke arah kotak yang ditunjuk oleh Nofa)
Tiba-tiba...
Nofa : "Mimiii!!! Kotaknya nggak boleh dibuka! Nanti kucingnya bangun!!"
Terdengar suara anak-anak kucing...
Nofa : "Tuuhh kaann!! Anak kucingnya jadi bangun!! Gara-gara kamu sih Mi!" (Sambil marah dan sewot)
Mimi : "Lho, tapi kan tadi aku cuma buka sedikit kotaknya..." (Cemberut dan hampir ingin menangis)
Nofa : "Ya tetap aja kan udah kamu buka kotaknya! Aku lihat kok! Kak Maria juga lihat kan?" (Menoleh ke Maria)
Maria : "Iya.."
Lalu Mimi pun mulai menangis dan berlari menuju rumahnya.
Nofa : "Ih, masa gitu aja nangis, aku kan cuma ngebilangin aja."
Maria : "Ya udah sebentar, aku samperin Mimi dulu, biar bisa main lagi nanti."
Nofa : "Iya sana, aku tunggu di sini aja."
Maria setegat berlari menuju rumahnya untuk membujuk Mimi. Sesaat kemudian Maria dan Mimi datang.
Nofa : "Kamu kalau mau main jangan nangis melulu dong Mi!"
Mimi : "Abisnya tadi kamu ngomongnya jahat banget Fa..."
Maria : "Ya udah yuk kita main lagi aja. Nih, aku bawa balon sabun dari rumah. Kita tiup bareng-bareng ya.. buat balon yang banyaakk!!" (Menunjukkan balon ke Nofa)
Nofa : "iyaa... yuuukk!!" (mengambil botol balon dari Maria)
Saat Nofa dan Maria sedang asik bermain balon sabun, diam-diam Mimimendekati kotak yang berisi anak-anak kucing. Mimi begitu penasaran ingin melihat anak-anak kucing tersebut. Tiba-tiba begitu kotak terbuka, suara anak-anak kucing itu pun terdengar nyaring sekali, sehingga Nofa dan Maria terkejut dan berhenti meniup balon sabun.
Nofa : "Mimiiiiiiii!!! Kan udah aku bilang jangan ganggu anak-anak kucingnyaaa!!!" (teriak)
Mimi : "Tapi kan aku cuma mau lihat aja..."
Nofa : "Nanti kalau digigit gimana hayooo! Aku nggak mau tau ya kalau nanti kamu digigit sama kucingnya!"
Mimi mulai menangis lagi...
Nofa : "Tuh kan kamu nangis melulu! Aku kan cuma ngasih tau aja supaya kamu nggak digigit!"
Tangis Mimi semakin keras, dan ia berlari ke rumahnya lagi. Beberapa menit kemudian Mimi datang kembali ke rumah Nofa bersama ibunya.
Ibu Maria dan Mimi : "Nofa, Maria, jangan berantem gitu dong sama Mimi. Miminya di ajak main ya! Main bareng-bareng!"
Nofa : "Nggak berantem kok Bu, kan tadi aku cuma bilangin ke Mimi, jangan ganggu kucingnya nanti takutnya digigit."
Ibu Maria dan Mimi : "Ya udah, kucingnya biarin aja. Sekarang baikan ya... jangan berantem lagi."
Mimi pun mengulurkan tangannya dan Nofa menyambutnya. Lalu mereka bertiga memindahkan kotak kucing itu ke tempat yang lumayan jauh dari tempat mereka bermain. Akhirnya Maria, Mimi, dan Nofa bermain balon sabun bersama-sama sambil tertawa riang, dan langit sore hari itu pun kembali cerah.
*** Sekian ***
^_^